ASUHAN
KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA
NY “N” UMUR 34 TAHUN G4P3A0
DI
POSKESDES SEI BAKAR
Disusun
oleh :
Nama
: Deliyanti
Nim
: 03.010.11.376
AKADEMI
KEBIDANAN
BANUA
BINA HUSADA BANJAR BARU
2011/2012
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN.........................................................................
ii
DAFTAR
ISI ............................................................................... iii
KATA
PENGANTAR ............................................................................... iv
BAB
I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A.
Latar Belakang........................................................................ 1
B.
Tujuan Penulisan..................................................................... 3
1.
Tujuan Umum.................................................................. 3
2.
Tujuan Khusus................................................................. 3
C.
Manfaat Penulisan.................................................................. 3
BAB
II : TINJAUAN TEORI....................................................................... 5
A.
Konsep Persalinan.................................................................
5
B.
Konsep Nifas........................................................................ 13
C.
Konsep Bayi Baru Lahir....................................................... 21
BAB
III : TINJAUAN KASUS.................................................................. 26
BAB
IV : PEMBAHASAN MASALAH................................................... 53
BAB
V : PENUTUP.................................................................................... 57
A. Kesimpulan........................................................................... 57
B. Saran..................................................................................... 58
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 59
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF
PADA Ny. “N”
DI POSKESDES SEI BAKAR
PELAIHARI
Telah disahkan dan
disetujui pada tanggal 18 agustus 2012
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
SUSNAENI, S.SiT NOORHAYATI, S.ST
NIDN 1123118701
Mahasiswa
DELIYANTI
03.10.11.376
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena
hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya Asuhan Kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny “ N ” Umur 34 Tahun G4P3A0 UK 40 Minggu di POSKESDES SEI BAKAR” ini dapat diselesaikan sebagai tugas praktek klinik
kebidanan pada semester IV di Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru
Program Studi Kebidanan Banjarbaru.
Penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini tentunya banyak
kekurangan dari penulis, baik dalam bahasa maupun isinya, ini dikarenakan masih terbatasnya kemampuan
serta pengalaman pengetahuan yang penulis miliki.
Asuhan Kebidanan Komprehensif ini
dapat terwujud atas bantuan, bimbingan dan petunjuk serta dorongan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada yang terhormat :
1.
Ibu Susnaeni, S.SiT selaku dosen pembimbing praktikum yang
telah membimbing dalam penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
2.
Ibu Noorhayati, S.ST selaku pembimbing
lahan yang telah membimbing dalam penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
3.
Ibu Norhasannah beserta keluarga sebagai pasien Asuhan
Kebidanan Komprehensif.
4.
Kepada kedua orang tua
yang saya cintai, beserta keluarga saya yang telah memberikan dukungan
moril maupun materil dalam pembuatan laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
5.
Kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan
bantuan dalam pembuatan laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan. Asuhan Kebidanan
Komprehensif ini hingga dapat selesi tepat pada waktu yang ditentukan.
Penulis sendiri menyadari Asuhan
Kebidanan Komprehensif ini jauh dari kesempurnaan dengan segala kerendahan
hati, penulis selalu terbuka menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan
Asuhan Kebidanan Komprehensif ini.
Akhirnya harapan penulis semoga
Asuhan Kebidanan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi
penyusun pada khususnya.
Banjarbaru, Agustus 2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Persalinan
merupakan proses normal, alamiah dan sehat. Namun bila tidak dipantau secara
intensif dapat terjadi penyimpangan, karena setiap kehamilan mempunyai resiko.
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur kesehatan,
AKI merupakan barometer kemajuan pelayanan kesehatan. Penurunan angka kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup masih terlalu lambat untuk mencapai target
tujuan pembangunan milenium (Milenium Development Goals/ MDGs).
Di
Amerika AKI meningkat dari 12 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
1980 menjadi 17 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008. Di Kanada, lajunya
meningkat antara 6 dan 7. Sedangkan di Norwegia 7 per 100.000 pada tahun 1980
menjadi 8 per 100.000 pada tahun 2010.
Pada
tahun 2010 angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih
cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya
100.000 kelahiran pada tahun 2004. Padahal berdasarkan sasaran pembangunan
Millennium atau Millenium Development Goal ( MDG ), kematian ibu melahirkan
ditetapkan pada angka 103 per 100.000 kelahiran.
Jumlah
kematian ibu pada tahun 2007 yaitu 440 per 100.000 kelahiran hidup, di Asia 330
per 100.000 kelahiran hidup dan di Asia tenggara 210 per 100.000 kelahiran
hidup. (who.A maternal mortality in 2000: estimates developed by WHO, UNICEF dan
UNFPA Geneva, 2004).
1
|
Berdasarkan
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia masih berada
pada angka 228/100.000 kelahiran hidup. (http://www.sinarharapan.co.id/berita/0805/24/kesra01.html).
Menurut SDKI tahun 2007 angka kematian bayi (AKB), masih berada pada kisaran 25
per 1.000 kelahiran hidup dan berdasarkan Data Dinas Kesehatan Propinsi
Kalimantan Selatan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kalimantan Selatan Tahun 2006,
terdapat kasus AKI sebanyak 79 orang, tahun 2007 menurun menjadi 77 orang,
tetapi tahun 2008 meningkat menjadi 96 orang dan tahun 2009 turun lagi menjadi
94 orang. Dilihat dari data di atas masih banyak AKI di wilayah Kalimantan
selatan khususnya di wilayah pedesaan karena sebagaian masyarakat masih
menggunakan jasa dukun kampung juga kurangnya pendidikan dan sarana yang ada
AKI di Kalimantan selatan tidak ada penurunan.
Sedangkan,
jumlah persalinan yang terdapat di Poskesdes Sei Bakar dari bulan januari sampai
agustus berjumlah 14 persalinan yang di tolong oleh bidan dan 5 persalinan di
tolong dukun kampung, dari data tersebut AKI dan AKB di Poskesdes Sei Bakar berjumlah
0 %.
Melihat
AKI yang masih cukup tinggi di Indonesia, departemen kesehatan membuat
intervensi dalam upaya mempercepat penurunan AKI yang mengacu pada intervensi
strategis “ empat pilar safe motherhood”. Bidan sebagai ujung tombak asuhan
pelayanan kebidanan harus dapat berperan lebih besar yaitu program keluarga
berencana, pelayanan asuhan antenatal, persalinan yang bersih dan aman, dan
pelayanan obstetric yang essensial. (Saifuddin, 2006:5 )
Hal
ini membuat penulis tertarik untuk mengambil kasus ini, dikarenakan persalinan,
dan nifas serta bayi baru lahir merupakan satu rangkaian yang saling berkaitan.
Maka diambilah kasus ini secara komprehensif yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.N G4P2A0
umur 34 tahun dengan persalinan normal.
B.
TUJUAN
1.
Tujuan
Umum
Untuk
memberikan asuhan kebidanan yang bersifat komprehensif pada ibu masa
persalinan, nifas serta memberikan asuhan pada bayi baru lahir.
2.
Tujuan
Khusus
a. Mengkaji
sedini mungkin penyulit yang ditemukan pada masa persalinan, nifas, dan bayi
baru lahir.
b. Mengidentifikasi
diagnosis dan masalah yang menyertai ibu pada persalinan, nifas, dan bayi baru
lahir.
c. Mengidentifikasi
diagnosis dan masalah potensial yang menyertai ibu pada persalinan, nifas, dan
bayi baru lahir.
d. Melakukan
identifikasi kebutuhan segera pada ibu bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
e. Menyusun
rencana tindakan yang akan di berikan ibu bersalin, nifas, dan bayi bayi baru
lahir.
f. Melakukan
rencana tindakan yang akan di berikan ibu bersalin, nifas, dan bayi bayi baru
lahir.
g. Melakukan
evaluasi tindakan yang akan di berikan ibu bersalin, nifas, dan bayi bayi baru
lahir.
C.
MANFAAT
1.
Bagi Penulis
Sebagai sarana belajar komprehensif bagi penulis untuk
mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan dalam rangka menambah
wawasan khususnya asuhan kebidananan, serta dapat mempelajari kesenjangan yang
terjadi di masyarakat.
2.
Bagi Instansi Pendidikan
Hasil asuhan kebidanan ini dapat digunakan sebagai referensi
bagi mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan data dasar untuk
asuhan kebidanan komprehensif selanjutnya.
3.
Bagi Masyarakan/Klien
Masyarakat/Klien
dapat merasa puas, aman dan nyaman dengan pelayanan bermutu dan berkulitas
secara berkesinambungan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PERSALINAN
1. Definisi
persalinan
Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya servik, dan janin turun dalam jalan lahir.
kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan
lahir. (pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,Sarwono:2009)
Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janin. (Saifuddin,2002:100).
Selain itu manuaba
mengatakan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan kekuatan
sendiri. (Manuaba,2002:157).
2. Fisiologi
Persalinan
|
3. Tanda-Tanda
Persalinan
Sebelum terjadi
persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki ”Bulannya”,
minggunya dan ”Harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatomi satge of
labor) memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a.
Ligehtening/settling/dropping
yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama pada
primigravida.
b.
Perut kelihatan lebih
melebar, fundus uteri turun
c.
Perasaan sering atau
susah kencing, karena kandung kemih tertekan oleh bagian terendah janin
d.
Rasa sakit perut dan
pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus kadang-kadang
disebut ”false labor pains” Serviks menjadi lembek mulai mendatar dan
sekresinya bertambah dan bisa bercampur darah (bloody show). (Manuaba,2002)
Tanda dan gejala
inpartu seperti adanya penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan servik (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), dan
cairan lendir bercampur darah (”show”) melalui vagina.( JNPK-KR 2008)
Pada awal persalinan
sering dijumpai his permulaan yang bersifat pendek, datangnya tidak teratur
rasa nyeri ringan dibagian bawah, tidak bertambah kuat bila beraktifitas.
Persalinan dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda sebagai berikut yaitu
kekuatan his semakin sering terjadi dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
Adanya lightening, adanya lendir, adanya blood show, dapat disertai ketuban
pecah. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu perlunakan
serviks, pendataran serviks dan pembukaan serviks. Pembukaan menyebabkan lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis lepas selain tanda diatas biasanya
terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.( manuaba, 2002:160).
4. Pembagian
Tahap Persalinan
Persalinan dibagi dalam
4 kala yaitu:
a. Kala
I
Kala I persalinan
dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm) (manuaba, 2002).
Kala 1 dibagi menjadi 2
fase yaitu:
1) Fase
laten
Dimulai Sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks
kurang lebih dari 4cm. Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jam.
2) Fase
aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat atau memadai) Jika terjadi 3 kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.
Serviks membuka dari 4cm – 10cm. Biasanya dengan kecepatan 1cm atau lebih
perjam ingá pembukaan lengkap (10cm), terjadinya penurunan bagian terbawah
janin.
b. Kala
II
Kala II persalinan
dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi (manuaba, 2002).
Tanda dan gejala kala
II persalinan:
1) Ibu
merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2) Ibu
merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau vaginanya.
3) Perineum
terlihat menonjol.
4) Vulva
vagina dan sfingter ani membuka.
5) Peningkatan
pengeluaran lendir dan darah.
Penatalaksanaan fisiologis kala II
persalinan:
1) Memulai
meneran: Posisi ibu saat meneran dan cara meneran.
2) Kelahiran
bayi: Posisi ibu saat melahirkannya, pencegahan laserasi.
3) kelahiran
kepala.
4) periksa
tali pusat pada leher
5) melahirkan
bahu.
6) melahirkan
sisa tubuh bayi.
7) mengeringkan
dan merangsang bayi.
8) memotong
tali pusat.
c. Kala
III
Kala III persalinan
dimulai dari lahirnya bayi sampai akhirnya plasenta. Tanda-tanda pelepasan
plasenta:
1)
perubahan bentuk dan
tinggi fundus adalah setelah bayi lahir dan meometrium mulai berkontraksi
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya turun hingga dibawah
pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus
menjadi bulat dan fundus berada diatas pusat (sering kali mengarah kesisi
kanan).
2)
Tali pusat memanjang:
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina.
3)
Semburan darah
tiba-tiba: darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba
menandakan bahwa darah yang terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta dan
permukaan material plasenta (darah retroplasenta), keluar melalui plasenta yang
terlepas (manuaba, 2002).
Manajemen aktif kala
III.
1)
pemberian suntik
oksitosin.
2)
Melakukan penegangan
tali pusat terkendali.
3)
Rangsangan taktil
(pemijatan) atau fundus uteri (massase).
d.
Kala IV
Kala IV persalinan
dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam (manuaba, 2002).
5. Partograf
Partograf adalah alat
bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana
persalinan dan kewajiban untuk menggunakannya secara rutin pada setiap
persalinan . ( Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Acuan Persalinan
normal, 2008).
Partograf adalah alat
bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaan
partograf adalah untuk:
a.
Mencatat hasil
observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan
dalam.
b.
Mendeteksi apakah
proses persalinan berjalan secara normal. Dengar demikian juga dapat melakukan
deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
a. Pencatatan
pada lembar depan partograf
1. Informasi
tentang ibu
Lengkapi bagian awal
(atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu
kedatangan (tertulis sebagai ”jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan
ibu datang dalam fase laten persalinan catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Kesehatan
dan kenyamanan janin
Kolom, lajur dan skala
angka pada partograf adalah untuk pencatatan detak jantung janin (DJJ), air
ketuban dan penyusupan (kepala janin).
a) Djj,
dicatat setiap setengah jam.
b) Warna
dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban
setiap dilakukan PD dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur djj.
Gunakan lambang berikut
ini:
U : Ketuban utuh (belum pecah).
J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban
jernih.
M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur mekonium.
D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah.
K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air
ketuban (kering).
c) Molase
(penyusupan kepala janin)
Setiap kali melakukan PD, nilai
penyusupan kepala janin, catat temuan dikotak yang sesuai dibawah lajur air
ketuban. Gunakan lambang berikut ini:
0 : tulang-tulang
kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.
1 : tulang-tulang
kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang-tulang
kepala janin saling tumpang tindih tapi masih dapat dipisahkan.
3
: tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
3. Kemajuan
persalinan
Kolom dan lajur ke 2
pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan angka 0-10 yang
tertera ditepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Pembukaan
serviks dinilai setiap 4 jam sekali dan diberi tanda silang (x).
Penurunan, mengacu pada
bagian kepala( dibagi dalam 5 bagian) yang teraba pada pemeriksaan abdomen
dicatat dengan tanda lingkaran (0) pada setiap pemeriksaan.
a) Jam
dan waktu
Dibagian bawah partograf (pembukaan
serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16, setiap kotak
menyatakan waktu 1 jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b) Kontraksi
uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5
lajur kotak dengan tulisan-tulisan ”kontraksi per 10 menit” disebelah luar
kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan 1 kontraksi. Setiap 30 menit, raba
dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan
detik.
c) Obat-obatan
dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi
uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainnya dan
cairan iv.
d) Kesehatan
dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir dari pada lembar depan
partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu
Ø Nadi,
nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
Ø Tekanan
darah dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan.
Ø Suhu,
nilai dan catat suhu tubuh ibu setiap 2 jam.
Ø Volume
urin, Protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya 2
jam ( setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih,
lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
e) Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil
pengamatan dan keputusan klinik disisi luar kolom partograf atau buat catatan
terpisah tentang kemajuan persalinan, cantumkan juga tanggal dan waktu saat
pembuatan catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan
atau keputusan klinik mencakup:
§
Jumlah cairan peroral
yang diberikan.
§
keluhan sakit kepala /
penglihatan (pandangan) kabur.
§
konsultasi dengan
penolong persalinan lainnya (obgin,bidan,dokter umum)
§
Persiapan sebelum
melakukan rujukan.
§
Upaya rujukan.
b. Pencatatan
pada lembar belakang partograf
Halaman belakang
partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses
persalinan dan kelahiran serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala1 hingga kala iv (termasuk bayi baru lahir). (Departemen
kesehatan republik indonesia, Asuhan kebidanan normal, 2004)
B. NIFAS
1. Definisi
Nifas
Masa nifas (puerperium)
adalah masa yang di mulai segera setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu
6 – 8 minggu (Wiknjosastro, 2006)
Masa nifas atau masa
puerperium adalah dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti ke
keadaan semula yang berlangsung 6 minggu (Saipuddin, 2002: 122).
Nifas dibagi dalam 3 periode:
a. Puerperium
dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8
minggu.
c. Remote
puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan (Saipuddin, 2002: 122).
2. Fisiologi
Nifas
Pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan fisiologis menurut Hanifa, W, 2005: 237 yaitu :
a. Perubahan
fisik
Suatu keadaan dimana
tubuh ibu kembali ke keadaan semula, seperti sebelum hamil.
1) Involusi
uterus
Proses involusi atau pengerutan uterus
merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
bobot hanya 60 gram.
Involusi uterus adalah perubahan organ
tubuh yaitu uterus yang berangsur-angsur pulih kembali menjadi ukuran normal
sesudah persalinan. ( Wiknjosastro, 2005 )
2) Pengeluaran
lochea
Lochea merupakan eksresi cairan rahim
selama masa nifas. Lochea dibagi menjadi tiga yaitu lochea rubra yang muncul
pada hari pertama sampai hari ke empat masa post partum. Lochea serosa berwarna
kuning, cairan tidak berdarah lagi yang muncul pada hari kelima sampai hari ke
sembilan masa post partum. Lochea alba yang warnanya lebih pucat mengandung
leukosit dan selaput lender serviks serta serabut jaringan yang mati.
Lochea yang ada dalam masa nifas menurut
Wiknjosastro, ( 2005 ) yaitu ;
a. lochea
rubra ( cruenta ) : terjadi pada hari pertama dan kedua post partum yang
terdiri atas darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
b. lochea
sanguinolenta : terjadi pada hari ke 3 – 7 hari post partum yang berwarna merah
kuning berisi darah bercampur lender
c. lochea
serosa ; terjadi pada hari ke 7 – 14 , lochea ini berwarna agak kuning, cairan
tidak berdarah lagi.
d. lochea
alba ; terjadi setelah 2 minggu post partum, lochea ini hanya berupa cairan
putih
3) Laktasi
atau pengeluaran air susu ibu
Pengeluaran ASI terjadi karena adanya
rengsangan dari isapan bayi yang dapat mengeluarkan hormone prolaktin dan
oksitosin.
4) Perubahan
system tubuh lainnya
Perubahan system organ lain meliputi
perubahan vagina saluran kencing, system kardiovaskuler, system hematology dsb.
5) Perubahan
psikologi
Wanita mengalami banyak perubahan
emosi selama masa nifas, sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.( Hanifa,
W, 2005: 237)
3. Tujuan
Asuhan
a. Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
b. Melaksanakan
skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan
pelayanan keluarga berencana (hanifa, W, 2005)
4. Program
Dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali
kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,
dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang sering
terjadi.
a. Kunjungan
Pertama, 6-8 Jam setelah persalinan bertujuan untuk :
1) Mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut.
3) Memberikan
konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian
ASI awal.
5) Melakukan
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga
bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
7) Jika
petugas kesehatan menolong peasalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil (Saifuddin, 2002).
b. Kunjungan
kedua 6 hari setelah persalinan bertujuan untuk :
1)
Memastikan Involusi
uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak
ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2)
Menilai adanya
tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3)
Memastikan ibu
mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4)
Memastikan bayi
menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5)
Memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari
c. Kunjungan
ketiga, 2 minggu setelah persalinan bertujuan untuk:
(sama dengan kunjungan
6 hari setelah persalinan).
d. Kunjungan
keempat, 6 minggu setelah persalinan bertujuan untuk:
1) Menanyakan
pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
2) Memberikan
konseling untuk KB secara dini (Saifuddin,2002 : N- 23-24 ).
5. Penanganan
Masa Nifas
a. Kebersihan
diri
1) Anjurkan
kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan
ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Membersihkan
daerah disekitar vulva dulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus.
3) Sarankan
ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika dicuci dengan baik, dan dikeringkan dibawah
matahari atau disetrika.
4) Sarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
5) Jika
ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka
b. Istirahat
1) Anjurkan
ibu beristirahat cukup guna mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan
ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk
tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3) Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu : mengurangi jumlah
ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
c. Latihan
1) Mobilisasi
dini yaitu kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing parturient turun dari
tempat tidurnya. Pada persalinan normal sebaiknya dikerjakan 6 jam.
2) Senam
nifas untuk mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Otot
perut menjadi kuat sehingga mengurangi rasa nyeri pada punggung.
d. Gizi
Ibu
menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, Makan dengan diet
berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, Minum ± 3
liter/hari, zat besi diminum ± 40 hari pasca persalinan, minum kapsul vit A
(200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
e. Perawatan
payudara
1. Menjaga
payudara tetap bersih dan kering.
2. Menggunakan
BH yang menyokong payudara.
3. Apabila
puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting
susu setiap kali selesai menyusui.
4. Apabila
lecet sampai berat dapat diistirahatkan
selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
5. Untuk
menghilangkan nyeri minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
6. Apabila
payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan : pengompresan payudara
dengan menggunakan kain basah hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah
pangkal menuju puting dengan arah “Z”, keluarkan ASI sebagian dari bagian depan
payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
f. Hubungan
perkawinan (seksual)
Secara
fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
g. Keluarga
Berencana
1) Idealnya
pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
2) Biasanya
wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haidnya selama meneteki. Oleh karena itu metode amenore laktasi dapat dipakai
sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru.
3) Sebelum
menggunakan KB, sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu bagaimana metode ini dapat
mencegah kehamilan dan efektifitasnya,keuntungan, kekurangan, efek samping,
bagaimana menggunakannya, kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita
pascasalin yang menyusui (Saifuddin, 2002 : 127-129).
6) Komplikasi
Masa Nifas
a. Infeksi
Nifas
Infeksi kala nifas
adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab
apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 380C tanpa menghitung
hari pertama dan berturut-turut selama 2 (dua) hari (Manuaba, 1998: 312).
b. Keadaan
Abnormal pada Rahim
Menurut Manuaba
(1998:316) keadaan abnormal pada rahim yaitu:
1) Subinvolusi
uteri
2) Flegmasia
alba dolens
Masalah dalam Laktasi
1)
Payudara Bengkak
(Engorgement)
2)
Kelainan putting susu
3)
Putting susu nyeri
(Sore Nipple) dan Lecet (Crecked Nipple)
4)
Saluran Air susu
tersumbat (Obstructive Duct)
5)
Mastitis
6)
Abses Payudara
7)
Air susu ibu kurang
8)
Bayi bingung putting
9)
Bayi enggan
menyusu (Mansjoer, 1999:305)
C. BAYI
BARU LAHIR
Bayi
baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan yang aterm (37 – 42 minggu)
dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. (Wiknjosastro, 2005)
Bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa melalui alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500 – 4000 gram, nilai Apgar > 7 dan
tanpa cacat bawaan. (Yulianti, 2010:2)
1. Penanganan
Bayi Baru Lahir
Tujuan utama perawatan
bayi segera sesudah lahir adalah:
a. Membersihkan
jalan nafas
Bayi normal akan
menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis
segeralah membersihkan jalan nafas.
b. Memotong
dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong
sebelim atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan
mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan.
c. Mempertahankan
suhu tubuh bayi
Pada waktu bayi lahir,
bayi belum mampu mengatur suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar
untuk membuatnya tetap hangat, bayi baru lahir harus dibungkus hangat
d. Pencegahan
infeksi
Cara pencegahan infeksi
pada bayi yaitu dengan cara mencegah terjadinya perdarahan pada bayi dengan
memberikan vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg diberikan secara IM
(intra muscular). Dan diberikan obat tetes mata atau salep mata.
2. Penatalaksanaan
Awal Bayi Baru Lahir.
Penatalaksanaan awal
dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi, dikenal sebagai asuhan
essensial neonatal yang meliputi :
a. Persalinan
bersih dan aman.
Melaksanakan persalinan
selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi dan ditatalaksana sesuai dengan
ketentuan atau indikasi yang tepat.
b. Memulai
Pernafasan Spontan
Segera lakukan
penilaian awal 0 – 30 detik. Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan
mempertimbangkan atau menanyakan 5 pertanyaaan sebagai berikut :
1.
Apakah air ketuban
jernih, tidak bercampur mekonium ?
2.
Apakah bayi bernafas
spontan ?
3.
Apakah kulit bayi
berwarna kemerahan?
4.
Apakah tonus / kekuatan
otot bayi cukup ?
5.
Apakah ini kehamilan
cukup bulan ?
6.
Stabilisasi temperatur
tubuh bayi / menjaga agar bayi tetap hangat.
Bayi baru lahir tidak
dapat mengatur temperature tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat
kedinginan jika kehilangan panas tidak dapat dicegah. Bayi yang kehilangan
panas (hipotermia) beresiko tinggi jatuh sakit atau meninggal.
c. ASI
dini dan eksklusif
Anjurkan ibu memberikan
ASI dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir dan berikan ASI saja selama 6 bulan
pertama.
d. Pencegahan
Infeksi.
Tetes
mata profilaksis (larutan perak nitrat 1 %) atau salep antibiotik (tetrasiklin
1 % atau eritromisin 0,5 %) harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah
bayi lahir. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika
tidak diberikan dalam waktu satu jam pertama kehidupan. (JNPK-KR, 2004 : 4-10)
e. Pemberian
Imunisasi
Rekomendasi jadwal
imunisai PPI (program pengembangan imunisasi) (Mikrobiologi dan parasitologi
2003, 35).
1. Hepatitis
B 0 ( uniject) 0 – 7 hari dan polio 1,
2. BCG
pada 1 bulan.
3. Hb
I dan DPT 1 ( combo 1 ) pada 2 bulan dan polio 2,
4. Hb
2 dan DPT 2 ( combo 2 ) pada 3 bulan dan polio 3
5. Hb
3 dan DPT 3 ( combo 3 ) pada 4 bulan dan polio 4
6. Campak
9 bulan.
7. Memberi
vitamin K
Kejadian perdarahan
karena defisiensi vitamin K pada BBL dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 –
0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi lahir normal
dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral dengan dosis 1 mg / hari selama
3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosisi
0,5-1 mg I.M.(Sarwono, 2002 : 135)
f. Perawatan
tali pusat
Selama tali pusat belum
lepas, perlu dilakukan perawatan secara cermat agar tidak terjadi infeksi.
Beberapa cara merawat tali pusat, diantaranya:
1. Usahakan
setiap kali akan dan setelah merawat
tali pusat harus mencuci tangan terlebih dahulu.
2. Jaga
kebersihan tali pusat dan sekitarnya, dan diupayakan tali pusat selalu dalam
keadaan kering.
3. Gunakan
kapas baru pada setiap basuhan.
4. Supaya
tali pusat lebih cepat lepas, tali pusat tidak di tutup oleh kasa steril
ataupun oleh kasa alkohol atau kasa
betadine sehingga mendapat udara cukup
biarkan kering dengan sendirinya.
5. Saat
membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin.
6. Kenakan
popok dan atasan dari bahan kaos yang longgar.
7. Membersihkan
tali pusat minimal 1–2 kali sehari.
3. Penilaian
Untuk Tanda-tanda Kegawatan
Semua bayi baru lahir
harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau kelainan yang menunjukan suatu
penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda-tanda sebagai berikiut:
a. Sesak
napas
b. Frekwensi
pernafasan 60 kali/menit
c. Gerak
retraksi di dada
d. Malas
minum
e. Panas
atau suhu tubuh badan bayi rendah
f. Kurang
aktif
g. Berat
lahir rendah (1500-2500 gr) dengan kesulitan minum
Adapun
tanda bayi sakit berat yaitu sebagai berikut:
a. Sulit
minum
b. Sianosis
sentral (lidah Biru)
c. Perut
kembung
d. Periode
apneu
e. Kejang
f. Merintih
g. Perdarahan
h. Sangat
kuning
i.
Berat badan lahir <
1500 gr
4. Yang
perlu dipantau pada bayi baru lahir
a. Suhu
badan bayi dan suhu lingkungan
b. Tanda-tanda
vital
c. Berat
badan
d. Mandi
dan perawatan kulit
e. Pakaian
f. Perawatan
tali pusat