Jumat, 27 September 2013

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “N” UMUR 34 TAHUN G4P3A0 DI POSKESDES SEI BAKAR



ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA 
NY “N” UMUR 34 TAHUN G4P3A0
DI POSKESDES SEI BAKAR



 
 

Disusun oleh :
Nama : Deliyanti
Nim : 03.010.11.376


AKADEMI KEBIDANAN
BANUA BINA HUSADA BANJAR BARU
2011/2012


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
DAFTAR ISI                  ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR   ............................................................................... iv
BAB I  : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A.           Latar Belakang........................................................................ 1
B.            Tujuan Penulisan..................................................................... 3
1.        Tujuan Umum.................................................................. 3
2.        Tujuan Khusus................................................................. 3
C.            Manfaat Penulisan.................................................................. 3
BAB II : TINJAUAN TEORI....................................................................... 5
A.           Konsep  Persalinan................................................................. 5
B.            Konsep Nifas........................................................................ 13
C.            Konsep Bayi Baru Lahir....................................................... 21
BAB III : TINJAUAN KASUS.................................................................. 26
BAB IV : PEMBAHASAN MASALAH................................................... 53
BAB V : PENUTUP.................................................................................... 57
A.       Kesimpulan........................................................................... 57
B.       Saran..................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 59



LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA Ny. “N”
DI POSKESDES SEI BAKAR
PELAIHARI





Telah disahkan dan disetujui pada tanggal 18 agustus 2012





Pembimbing Akademik                                                          Pembimbing Lahan




SUSNAENI, S.SiT                                                             NOORHAYATI, S.ST
NIDN 1123118701
Mahasiswa



DELIYANTI
03.10.11.376



 
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya Asuhan Kebidanan dengan judul Asuhan Kebidanan  Komprehensif  Pada  Ny “ N ” Umur 34 Tahun G4P3A0 UK 40 Minggu di POSKESDES SEI BAKAR ini dapat diselesaikan sebagai tugas praktek klinik kebidanan pada semester IV di Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru Program Studi Kebidanan Banjarbaru.
Penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini tentunya banyak kekurangan dari penulis, baik dalam bahasa maupun isinya,  ini dikarenakan masih terbatasnya kemampuan serta pengalaman pengetahuan yang penulis miliki.
Asuhan Kebidanan Komprehensif ini dapat terwujud atas bantuan, bimbingan dan petunjuk serta dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :
1.      Ibu Susnaeni, S.SiT selaku dosen pembimbing praktikum yang telah membimbing dalam penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
2.      Ibu Noorhayati, S.ST selaku pembimbing lahan yang telah membimbing dalam penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
3.      Ibu Norhasannah beserta keluarga sebagai pasien Asuhan Kebidanan Komprehensif.
4.      Kepada kedua orang tua  yang saya cintai, beserta keluarga saya yang telah memberikan dukungan moril maupun materil dalam pembuatan laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
5.      Kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam pembuatan laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan. Asuhan Kebidanan Komprehensif ini hingga dapat selesi tepat pada waktu yang ditentukan.
Penulis sendiri menyadari Asuhan Kebidanan Komprehensif ini jauh dari kesempurnaan dengan segala kerendahan hati, penulis selalu terbuka menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini.
Akhirnya harapan penulis semoga Asuhan Kebidanan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.




                                                                               Banjarbaru,  Agustus 2012


                                                                                            Penulis

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan proses normal, alamiah dan sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi penyimpangan, karena setiap kehamilan mempunyai resiko. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur kesehatan, AKI merupakan barometer kemajuan pelayanan kesehatan. Penurunan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup masih terlalu lambat untuk mencapai target tujuan pembangunan milenium (Milenium Development Goals/ MDGs).
Di Amerika AKI meningkat dari 12 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1980 menjadi 17 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008. Di Kanada, lajunya meningkat antara 6 dan 7. Sedangkan di Norwegia 7 per 100.000 pada tahun 1980 menjadi 8 per 100.000 pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya 100.000 kelahiran pada tahun 2004. Padahal berdasarkan sasaran pembangunan Millennium atau Millenium Development Goal ( MDG ), kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka 103 per 100.000 kelahiran.
Jumlah kematian ibu pada tahun 2007 yaitu 440 per 100.000 kelahiran hidup, di Asia 330 per 100.000 kelahiran hidup dan di Asia tenggara 210 per 100.000 kelahiran hidup. (who.A maternal mortality in 2000: estimates developed by WHO, UNICEF dan UNFPA Geneva, 2004).

1
 
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia masih berada pada angka 228/100.000 kelahiran hidup. (http://www.sinarharapan.co.id/berita/0805/24/kesra01.html). Menurut SDKI tahun 2007 angka kematian bayi (AKB), masih berada pada kisaran 25 per 1.000 kelahiran hidup dan berdasarkan Data Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kalimantan Selatan Tahun 2006, terdapat kasus AKI sebanyak 79 orang, tahun 2007 menurun menjadi 77 orang, tetapi tahun 2008 meningkat menjadi 96 orang dan tahun 2009 turun lagi menjadi 94 orang. Dilihat dari data di atas masih banyak AKI di wilayah Kalimantan selatan khususnya di wilayah pedesaan karena sebagaian masyarakat masih menggunakan jasa dukun kampung juga kurangnya pendidikan dan sarana yang ada AKI di Kalimantan selatan tidak ada penurunan.

Sedangkan, jumlah persalinan yang terdapat di Poskesdes Sei Bakar dari bulan januari sampai agustus berjumlah 14 persalinan yang di tolong oleh bidan dan 5 persalinan di tolong dukun kampung, dari data tersebut AKI dan AKB di Poskesdes Sei Bakar berjumlah 0 %.

Melihat AKI yang masih cukup tinggi di Indonesia, departemen kesehatan membuat intervensi dalam upaya mempercepat penurunan AKI yang mengacu pada intervensi strategis “ empat pilar safe motherhood”. Bidan sebagai ujung tombak asuhan pelayanan kebidanan harus dapat berperan lebih besar yaitu program keluarga berencana, pelayanan asuhan antenatal, persalinan yang bersih dan aman, dan pelayanan obstetric yang essensial. (Saifuddin, 2006:5 )

Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengambil kasus ini, dikarenakan persalinan, dan nifas serta bayi baru lahir merupakan satu rangkaian yang saling berkaitan. Maka diambilah kasus ini secara komprehensif yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.N G4P2A0 umur 34 tahun dengan persalinan normal.

B.     TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan yang bersifat komprehensif pada ibu masa persalinan, nifas serta memberikan asuhan pada bayi baru lahir.

2.      Tujuan Khusus
a.       Mengkaji sedini mungkin penyulit yang ditemukan pada masa persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
b.      Mengidentifikasi diagnosis dan masalah yang menyertai ibu pada persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
c.       Mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial yang menyertai ibu pada persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
d.      Melakukan identifikasi kebutuhan segera pada ibu bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
e.       Menyusun rencana tindakan yang akan di berikan ibu bersalin, nifas, dan bayi bayi baru lahir.
f.       Melakukan rencana tindakan yang akan di berikan ibu bersalin, nifas, dan bayi bayi baru lahir.
g.      Melakukan evaluasi tindakan yang akan di berikan ibu bersalin, nifas, dan bayi bayi baru lahir.

C.    MANFAAT
1.      Bagi Penulis
Sebagai sarana belajar komprehensif bagi penulis untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan dalam rangka menambah wawasan khususnya asuhan kebidananan, serta dapat mempelajari kesenjangan yang terjadi di masyarakat.
2.      Bagi Instansi Pendidikan
Hasil asuhan kebidanan ini dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan data dasar untuk asuhan kebidanan komprehensif selanjutnya.
3.      Bagi Masyarakan/Klien
Masyarakat/Klien dapat merasa puas, aman dan nyaman dengan pelayanan bermutu dan berkulitas secara berkesinambungan.




BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    PERSALINAN
1.      Definisi persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik, dan janin turun dalam jalan lahir. kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. (pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,Sarwono:2009)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. (Saifuddin,2002:100).
Selain itu manuaba mengatakan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan kekuatan sendiri. (Manuaba,2002:157).
2.      Fisiologi Persalinan
5
 
Faktor hormonal yang berkaitan dengan terjadinya kekuatan his sehingga terjadi persalinan diantaranya: Pertama, estrogen yang mampu meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis. Kedua, progesteron mampu menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. Perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran oksitosin yang menimbulkan kontraksi braxton hicks. Kontraksi braxton hiks akan menjadi kekuatan dominan saat dimulainya persalinan. (manuaba, 2002:158).
3.      Tanda-Tanda Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki ”Bulannya”, minggunya dan ”Harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatomi satge of labor) memberikan tanda-tanda sebagai berikut:

a.       Ligehtening/settling/dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama pada primigravida.
b.      Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
c.       Perasaan sering atau susah kencing, karena kandung kemih tertekan oleh bagian terendah janin
d.      Rasa sakit perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus kadang-kadang disebut ”false labor pains” Serviks menjadi lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur darah (bloody show). (Manuaba,2002)
Tanda dan gejala inpartu seperti adanya penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan servik (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), dan cairan lendir bercampur darah (”show”) melalui vagina.( JNPK-KR 2008)
Pada awal persalinan sering dijumpai his permulaan yang bersifat pendek, datangnya tidak teratur rasa nyeri ringan dibagian bawah, tidak bertambah kuat bila beraktifitas. Persalinan dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda sebagai berikut yaitu kekuatan his semakin sering terjadi dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. Adanya lightening, adanya lendir, adanya blood show, dapat disertai ketuban pecah. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu perlunakan serviks, pendataran serviks dan pembukaan serviks. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas selain tanda diatas biasanya terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.( manuaba, 2002:160).
4.      Pembagian Tahap Persalinan
Persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
a.       Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm) (manuaba, 2002).
Kala 1 dibagi menjadi 2 fase yaitu:
1)      Fase laten
Dimulai Sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks kurang lebih dari 4cm. Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jam.

2)      Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat atau memadai) Jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks membuka dari 4cm – 10cm. Biasanya dengan kecepatan 1cm atau lebih perjam ingá pembukaan lengkap (10cm), terjadinya penurunan bagian terbawah janin.
b.      Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi (manuaba, 2002).
Tanda dan gejala kala II persalinan:
1)      Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2)      Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau vaginanya.
3)      Perineum terlihat menonjol.
4)      Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
5)      Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Penatalaksanaan fisiologis kala II persalinan:
1)      Memulai meneran: Posisi ibu saat meneran dan cara meneran.
2)      Kelahiran bayi: Posisi ibu saat melahirkannya, pencegahan laserasi.
3)      kelahiran kepala.
4)      periksa tali pusat pada leher
5)      melahirkan bahu.
6)      melahirkan sisa tubuh bayi.
7)      mengeringkan dan merangsang bayi.
8)      memotong tali pusat.

c.       Kala III
Kala III persalinan dimulai dari lahirnya bayi sampai akhirnya plasenta. Tanda-tanda pelepasan plasenta:
1)      perubahan bentuk dan tinggi fundus adalah setelah bayi lahir dan meometrium mulai berkontraksi uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya turun hingga dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada diatas pusat (sering kali mengarah kesisi kanan).
2)      Tali pusat memanjang: Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina.
3)      Semburan darah tiba-tiba: darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta dan permukaan material plasenta (darah retroplasenta), keluar melalui plasenta yang terlepas (manuaba, 2002).
Manajemen aktif kala III.
1)      pemberian suntik oksitosin.
2)      Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
3)      Rangsangan taktil (pemijatan) atau fundus uteri (massase).

d.      Kala IV
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam (manuaba, 2002).
5.      Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan dan kewajiban untuk menggunakannya secara rutin pada setiap persalinan . ( Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Acuan Persalinan normal, 2008).
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a.       Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b.      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengar demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

a.       Pencatatan pada lembar depan partograf
1.      Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai ”jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2.      Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan detak jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
a)      Djj, dicatat setiap setengah jam.
b)      Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap dilakukan PD dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur djj.
Gunakan lambang berikut ini:
U   : Ketuban utuh (belum pecah).
J     : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
M   : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur   mekonium.
D   : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
K   : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering).
c)      Molase (penyusupan kepala janin)
Setiap kali melakukan PD, nilai penyusupan kepala janin, catat temuan dikotak yang sesuai dibawah lajur air ketuban. Gunakan lambang berikut ini:
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat   dipalpasi.
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih  dapat dipisahkan.
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
3.      Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur ke 2 pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan angka 0-10 yang tertera ditepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Pembukaan serviks dinilai setiap 4 jam sekali dan diberi tanda silang (x).
Penurunan, mengacu pada bagian kepala( dibagi dalam 5 bagian) yang teraba pada pemeriksaan abdomen dicatat dengan tanda lingkaran (0) pada setiap pemeriksaan.
a)      Jam dan waktu
Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16, setiap kotak menyatakan waktu 1 jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b)      Kontraksi uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 lajur kotak dengan tulisan-tulisan ”kontraksi per 10 menit” disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan 1 kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
c)      Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan iv.
d)     Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir dari pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu
Ø  Nadi, nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
Ø  Tekanan darah dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan.
Ø  Suhu, nilai dan catat suhu tubuh ibu setiap 2 jam.
Ø  Volume urin, Protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya 2 jam ( setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
e)      Asuhan  pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar kolom partograf atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan, cantumkan juga tanggal dan waktu saat pembuatan catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan atau keputusan klinik mencakup:
§      Jumlah cairan peroral yang diberikan.
§      keluhan sakit kepala / penglihatan (pandangan) kabur.
§      konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgin,bidan,dokter umum)
§      Persiapan sebelum melakukan rujukan.
§      Upaya rujukan.
b.      Pencatatan pada lembar belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala1 hingga kala iv (termasuk bayi baru lahir). (Departemen kesehatan republik indonesia, Asuhan kebidanan normal, 2004)
B.     NIFAS
1.      Definisi Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang di mulai segera setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Wiknjosastro, 2006)
Masa nifas atau masa puerperium adalah  dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti ke keadaan semula yang berlangsung 6 minggu (Saipuddin, 2002: 122).
Nifas dibagi dalam 3 periode:
a.       Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b.      Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c.       Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan (Saipuddin, 2002: 122).

2.      Fisiologi Nifas
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis menurut Hanifa, W, 2005: 237 yaitu :
a.       Perubahan fisik
Suatu keadaan dimana tubuh ibu kembali ke keadaan semula, seperti sebelum hamil.
1)      Involusi uterus
Proses involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram.
Involusi uterus adalah perubahan organ tubuh yaitu uterus yang berangsur-angsur pulih kembali menjadi ukuran normal sesudah persalinan. ( Wiknjosastro, 2005 )
2)      Pengeluaran lochea
Lochea merupakan eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea dibagi menjadi tiga yaitu lochea rubra yang muncul pada hari pertama sampai hari ke empat masa post partum. Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi yang muncul pada hari kelima sampai hari ke sembilan masa post partum. Lochea alba yang warnanya lebih pucat mengandung leukosit dan selaput lender serviks serta serabut jaringan yang mati.
Lochea yang ada dalam masa nifas menurut Wiknjosastro, ( 2005 ) yaitu ;
a.       lochea rubra ( cruenta ) : terjadi pada hari pertama dan kedua post partum yang terdiri atas darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
b.      lochea sanguinolenta : terjadi pada hari ke 3 – 7 hari post partum yang berwarna merah kuning berisi darah bercampur lender
c.       lochea serosa ; terjadi pada hari ke 7 – 14 , lochea ini berwarna agak kuning, cairan tidak berdarah lagi.
d.      lochea alba ; terjadi setelah 2 minggu post partum, lochea ini hanya berupa cairan putih

3)      Laktasi atau pengeluaran air susu ibu
Pengeluaran ASI terjadi karena adanya rengsangan dari isapan bayi yang dapat mengeluarkan hormone prolaktin dan oksitosin.
4)      Perubahan system tubuh lainnya
Perubahan system organ lain meliputi perubahan vagina saluran kencing, system kardiovaskuler, system hematology dsb.
5)      Perubahan psikologi
            Wanita mengalami banyak perubahan emosi selama masa nifas, sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.( Hanifa, W, 2005: 237)
3.      Tujuan Asuhan
a.       Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
b.      Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c.       Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d.      Memberikan pelayanan keluarga berencana (hanifa, W, 2005)

4.      Program Dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang sering terjadi.
a.       Kunjungan Pertama, 6-8 Jam setelah persalinan bertujuan untuk :
1)      Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2)      Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut.
3)      Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4)      Pemberian ASI awal.
5)      Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6)      Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
7)      Jika petugas kesehatan menolong peasalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil (Saifuddin, 2002).

b.      Kunjungan kedua 6 hari setelah persalinan bertujuan untuk :
1)      Memastikan Involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2)      Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3)      Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4)      Memastikan bayi menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5)      Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

c.       Kunjungan ketiga, 2 minggu setelah persalinan bertujuan untuk:
(sama dengan kunjungan 6 hari setelah persalinan).
d.      Kunjungan keempat, 6 minggu setelah persalinan bertujuan untuk:
1)      Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
2)      Memberikan konseling untuk KB secara dini (Saifuddin,2002 : N- 23-24 ).

5.      Penanganan Masa Nifas
a.       Kebersihan diri
1)      Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2)      Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Membersihkan daerah disekitar vulva dulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
3)      Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika dicuci dengan baik, dan dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.
4)      Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5)      Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka

b.      Istirahat
1)      Anjurkan ibu beristirahat cukup guna mencegah kelelahan yang berlebihan.
2)      Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3)      Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu : mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
c.       Latihan
1)      Mobilisasi dini yaitu kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing parturient turun dari tempat tidurnya. Pada persalinan normal sebaiknya dikerjakan 6 jam.
2)      Senam nifas untuk mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Otot perut menjadi kuat sehingga mengurangi rasa nyeri pada punggung.
d.      Gizi
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, Minum ± 3 liter/hari, zat besi diminum ± 40 hari pasca persalinan, minum kapsul vit A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
e.       Perawatan payudara
1.      Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2.      Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3.      Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui.
4.      Apabila lecet sampai berat  dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
5.      Untuk menghilangkan nyeri minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
6.      Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan : pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju puting dengan arah “Z”, keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.

f.       Hubungan perkawinan (seksual)
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
g.      Keluarga Berencana
1)      Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
2)      Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru.
3)      Sebelum menggunakan KB, sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya,keuntungan, kekurangan, efek samping, bagaimana menggunakannya, kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui (Saifuddin, 2002 : 127-129).

6)      Komplikasi Masa Nifas
a.       Infeksi Nifas
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 380C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 (dua) hari (Manuaba, 1998: 312).
b.      Keadaan Abnormal pada Rahim
Menurut Manuaba (1998:316) keadaan abnormal pada rahim yaitu:
1)      Subinvolusi uteri
2)      Flegmasia alba dolens
Masalah dalam Laktasi
1)      Payudara Bengkak (Engorgement)
2)      Kelainan putting susu
3)      Putting susu nyeri (Sore Nipple) dan Lecet (Crecked Nipple)
4)      Saluran Air susu tersumbat (Obstructive Duct)
5)      Mastitis
6)      Abses Payudara
7)      Air susu ibu kurang
8)      Bayi bingung putting
9)      Bayi enggan menyusu  (Mansjoer, 1999:305)

C.     BAYI BARU LAHIR
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan yang aterm (37 – 42 minggu) dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. (Wiknjosastro, 2005)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa melalui alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500 – 4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. (Yulianti, 2010:2)

1.      Penanganan Bayi Baru Lahir
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah:
a.       Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis segeralah membersihkan jalan nafas.
b.      Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelim atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan.
c.       Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat, bayi baru lahir harus dibungkus hangat
d.      Pencegahan infeksi
Cara pencegahan infeksi pada bayi yaitu dengan cara mencegah terjadinya perdarahan pada bayi dengan memberikan vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg diberikan secara IM (intra muscular). Dan diberikan obat tetes mata atau salep mata.
2.      Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir.
Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi, dikenal sebagai asuhan essensial neonatal   yang meliputi :
a.       Persalinan bersih dan aman.
Melaksanakan persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat.
b.      Memulai Pernafasan Spontan
Segera lakukan penilaian awal 0 – 30 detik. Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan mempertimbangkan atau menanyakan 5 pertanyaaan sebagai berikut :
1.      Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
2.      Apakah bayi bernafas spontan ?
3.      Apakah kulit bayi berwarna kemerahan?
4.      Apakah tonus / kekuatan otot bayi cukup ?
5.      Apakah ini kehamilan cukup bulan ?
6.      Stabilisasi temperatur tubuh bayi / menjaga agar bayi tetap hangat.
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperature tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak dapat dicegah. Bayi yang kehilangan panas (hipotermia) beresiko tinggi jatuh sakit atau meninggal.
c.       ASI dini dan eksklusif
Anjurkan ibu memberikan ASI dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir dan berikan ASI saja selama 6 bulan pertama.
d.      Pencegahan Infeksi.
Tetes mata profilaksis (larutan perak nitrat 1 %) atau salep antibiotik (tetrasiklin 1 % atau eritromisin 0,5 %) harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah bayi lahir. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam waktu satu jam pertama kehidupan. (JNPK-KR, 2004 : 4-10)
e.       Pemberian Imunisasi
Rekomendasi jadwal imunisai PPI (program pengembangan imunisasi) (Mikrobiologi dan parasitologi 2003, 35).
1.      Hepatitis B 0 ( uniject) 0 – 7 hari dan polio 1,
2.      BCG pada 1 bulan.
3.      Hb I  dan DPT 1 ( combo 1 ) pada 2  bulan dan polio 2,
4.      Hb 2  dan DPT 2 ( combo 2 ) pada 3  bulan dan polio 3
5.      Hb 3  dan DPT 3 ( combo 3 ) pada 4  bulan dan polio 4
6.      Campak 9 bulan.
7.      Memberi vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral dengan dosis 1 mg / hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosisi 0,5-1 mg I.M.(Sarwono, 2002 : 135)
f.       Perawatan tali pusat
Selama tali pusat belum lepas, perlu dilakukan perawatan secara cermat agar tidak terjadi infeksi. Beberapa cara merawat tali pusat, diantaranya:
1.      Usahakan setiap kali akan  dan setelah merawat tali pusat harus mencuci tangan terlebih dahulu.
2.      Jaga kebersihan tali pusat dan sekitarnya, dan diupayakan tali pusat selalu dalam keadaan kering.
3.      Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.
4.      Supaya tali pusat lebih cepat lepas, tali pusat tidak di tutup oleh kasa steril ataupun  oleh kasa alkohol atau kasa betadine  sehingga mendapat udara cukup biarkan kering dengan sendirinya.
5.      Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin.
6.      Kenakan popok dan atasan dari bahan kaos yang longgar.
7.      Membersihkan tali pusat minimal 1–2 kali sehari.

3.      Penilaian Untuk Tanda-tanda Kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda sebagai berikiut:
a.       Sesak napas
b.      Frekwensi pernafasan 60 kali/menit
c.       Gerak retraksi di dada
d.      Malas minum
e.       Panas atau suhu tubuh badan bayi rendah
f.       Kurang aktif
g.      Berat lahir rendah (1500-2500 gr) dengan kesulitan minum
Adapun tanda bayi sakit berat yaitu sebagai berikut:
a.       Sulit minum
b.      Sianosis sentral (lidah Biru)
c.       Perut kembung
d.      Periode apneu
e.       Kejang
f.       Merintih
g.      Perdarahan
h.      Sangat kuning
i.        Berat badan lahir < 1500 gr

4.      Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir
a.       Suhu badan bayi dan suhu lingkungan
b.      Tanda-tanda vital
c.       Berat badan
d.      Mandi dan perawatan kulit
e.       Pakaian
f.       Perawatan tali pusat